WASPADA TBC PUSKESMAS MENINGKATKAN SPM 2020
WASPADA TBC PUSKESMAS MENINGKATKAN SPM 2020
Sejak tahun 2016 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia meningkatkan kewaspadaan akan bahaya penyakit TBC atau tuberkulosis. TBC ini adalah infeksi penyebab kematian nomor satu di Indonesia dalam kategori penyakit menular. Namun, jika dilihat dari penyebab kematian umum, TBC menempati posisi ke-3 setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut di semua kalangan usia. Melihat perkembangan penyakit ini, Dinas Kesehatan Kebumen mengadakan pertemuan TB Paru dalam Workshop System Informasi Tuberkulosis pada Rabu hingga Kamis, 19-20 Februari 2020. Acara yang di gelar di ruang Jati Jajar, Hotel Candisari, Karanganyar ini di wajibkan bagi seluruh penanggung jawab program TB di seluruh puskesmas di Kabupaten Kebumen.
Penyakit TBC menjadi tanggung jawab semua lapisan masyarakat sehingga penyakit ini dapat tertangani dengan cepat. Menurut Istiyadi, SKM, MM. selaku Kabid.Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, target TB merujuk pada SPM (Standar Pelayanan Minimal) di targetkan 100 %. Hingga saat ini Kabupaten Kebumen masih pada angka 79% sehingga untuk mencapai target SPM diperlukan kolaborasi dengan programmer lainnya di puskesmas, imbuh Istiyadi. Penanggungjawab TBC tidak bisa lepas dari kerjasama dengan programmer seperti Promkes, HIV, Perkesmas, Kesling hingga Konseling Gizi.
Dalam operasional kegiatan, penemuan kasus harus secara aktif di lakukan. Kegiatan yang pro aktif dilakukan melalui pendekatan keluarga, pelacakan kontak, skrining komorditas, permintaan laporan, jejaring pelayanan dan penanganan faktor resiko. Menekan angka penderita TBC harus terintegrasi dalam pelayanan baik administrasi kependudukan, pendekatan keluarga dan layanan faskes. Selain itu pemanfaatan teknologi saat ini sangat penting mengingat budaya masyarakat mudah untuk menerima informasi secara visual dan inovasi informasi pada publik. Keterlibatan masyarakat sangat penting namun hendaknya diberikan bekal informasi yang lengkap sehingga mereka pro aktif. Masyarakat dapat terlibat dalam pengawasan menelan obat, survivor TBC dan sebagai wadah PKK dalam budidaya tanaman obat.