SKRINING HIPOTHYROID KONGENITAL ATAU SHK SEBAGAI AWAL PENINGKATAN KAPASITAS PETUGAS
SKRINING HIPOTHYROID KONGENITAL ATAU SHK SEBAGAI AWAL PENINGKATAN KAPASITAS PETUGAS
UPTD Puskesmas Pejagoan, Senin, 24 Februari 2020 mengikuti Peningkatan Kapasitas Petugas Dalam Pelayanan Skrining Hipothyroid Kongenital (SHK) di Kabupaten Kebumen. Acara yang berlangsung di Candisari Hotel dan Resto ini di ikuti oleh seluruh Puskesmas se-kabupaten Kebumen. Hipothyroid Kongenital ini dikenal sebagai keadaan dimana fungsi kelenjar thyroid menurun atau tidak berfungsi sama sekali sejak lahir karena gangguan metabolisme pembentukan hormon.
Sebagai pengisi acara, dr. Aris Munandar, Sp. A. Ini menjelaskan bahwa hormon tyroid tersebut berfungsi sebagai pengatur panas tubuh, mengatur metabolisme serta pertumbuhan tulang. Kerja jantung sangat berpengaruh dengan hormon tersebut yang di iringi pertumbuhan dan perkembangan syaraf otak. Kelenjar thyroid ini dibentuk cekung buccafaringeul pada minggu ke 4 hingga ke- 10. Gangguan pembentukan dan migrasi kelenjar thyroid menyebabkan aplasia, displasia. Pada minggu ke 10 hingga 11 kelenjar thyroid fetus memprodusi hormon thyroid minggu ke 18 hingga 20.
Dampak Hipothyroid Kongenitas pada bayi terdapat beberapa macam seperti hipothyroid kongenitas permanen yang wajib melakukan pengobatan seumur hidup. Pada anak dapat dideteksi dini dengan SHK, pertumbuhan dan perkembangan terhambat atau reterdasi mental. Hal lain juga dapat berdampak pada keluarga seperti ekonomi, karena biaya besar menuntut orangtua untuk selalu sedia dalam perawatn dan pendidikan. Lingkungan serta memberi dampak dalam psikososial serta berpengaruh pada produktifitas keluarga yang menurun. Hal-hal tersebut juga dapat berdampak pada negara dikarenakan beban biaya negara yang kumulatif yang tidak sebanding dengan sumber daya manusia yang menurun.
Lalu bagaimana petugas dapat menilai naik turunnya kapasitas petugas? Petugas hendaknya rutin memeriksa dan menilai dalam indeks neonatal hipothyroid seperti gangguan makan dan minum, konstipasi, tidak aktif dan sebagainya. Dengan sistem SHK ini petugas di untungkan dengan dapat mendeteksi secara dini. Bila hasil menunjukan positif dapat segera di obati maka anak akan tumbuh dan berkembang sesuai genetik. Kapan waktu pengambilan SHK tersebut? Dalam penutupnya, Rita Novitaningrum, SKM, M.Kes. menjelaskan ideal bayi di usia 48 hingga 72 jam. Sebaiknya petugas tidak mengambil pada 24 jam pertama karena pada saat tersebut kadar TSH masih tinggi atau positif palsu, tutup Rita. Sehingga dengan skrining ini hasil yang di dapat akan akurat seperti gejala klinis, waktu emas untuk terapi dan pengobatan yang terjangkau.