BALITA STUNTING MENJADI PEKERJAAN RUMAH UPTD PUSKESMAS PEJAGOAN
BALITA STUNTING MENJADI PEKERJAAN RUMAH UPTD PUSKESMAS PEJAGOAN
Puskesmas Pejagoan menggelar Pertemuan Mobilitas Masyarakat Dalam Rangka Percepatan Penurunan Stunting di wilayah Kecamatan Pejagoan. Acara yang di gelar Rabu, 23 September 2020 ini dihadiri segenap bidan di 13 desa serta perangkat desa di Kecamatan Pejagoan. Stunting saat ini menjadi masalah yang harus segera di tuntaskan karena kualitas masa depan bangsa ada pada anak-anak. Tumbuh kembang anak adalah kewajiban bersama tidak hanya orang tua. Sebagai Kepala UPTD Puskesmas Pejagoan , dr.Timbul Pranoto, M.Sc. menerangkan jika munculnya anak dengan stunting melibatkan banyak hal. Masalah stunting tidak berkurang, bahkan bisa muncul kembali setiap tahun, ungkap Timbul. Kurang optimalnya kerjasama berbagai pihak di nilai ikut menyumbang muncul kembali balita dengan status stunting. Di butuhkan kerja keras antar sektor terutama orang tua sang anak. Peran orangtua sangatlah penting karena setiap hari merekalah yang mengurus dan mengawasi perkembangan anak. Sosialisasi dan edukasi sudah di upayakan namun komitmen bersama yang masihlah kurang.
Anak dalam masa pertumbuhan memerlukan berbagai macam asupan gizi tidak hanya asal kenyang. Orangtua terutama ibu hendaknya dapat mengatur pola makan dengan gizi seimbang. Menarik untuk di tuntaskan bahwa hingga saat ini beberapa masalah masih menjadi momok kedepan. Belum semua balita terdaftar di jumlah sasaran yang dilaporkan di hasil pengukuran bayi. Hal ini menjadi kesulitan bagi petugas untuk melakukan pengawasan. Kualitas SDM dalam hal ini kader di beberapa desa yang kurang menguasai ilmu dan wilayahnya. Kader sebagai jembatan penghubung sudah seharusnya mengaplikasikan ilmu yang sudah diberikan di lapangan.
Keterlibatan masyarakat dan puskesmas harus selalu ditingkatkan sebagai contoh penguatan Posyandu. Perangkat desa sebagai organisasi di wilayahnya dapat mendorong hidup sehat, dengan program air bersih dll. Dari data yang diperoleh, desa Kebagoran berstatus Lokus atau Lokasi Khusus desa Stunting dengan sasaran 75 balita per Februari 2020 dengan jumlah stunting sebanyak 9 balita. Pada tahun 2020 ini pada data input e-PPGBM Februari 2020 tercatat 521 balita masih berstatus stunting. Komitmen di jalin guna menuntaskan masalah stunting ini dengan harapan setiap tahun tidak terulang kembali. Pada tingkat kecamatan berkomitmen memperkuat kader. Harapan terdapat dana khusus untuk menurunkan stunting dan kerjasama berbagai sektor.