PENCEGAHAN GIZI BURUK BELUM MAKSIMAL MENJADI TANGGUNG JAWAB BERSAMA
PENCEGAHAN GIZI BURUK BELUM MAKSIMAL MENJADI TANGGUNG JAWAB BERSAMA
Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen, Selasa (3/12) melaksanakan pertemuan dengan tajuk Peningkatan Kapasitas Petugas Kesehatan Dalam Tata Laksana Gizi Buruk. Mengundang 35 peserta dari kalangan lintas profesi baik bidan, petugas konseling gizi, kesling serta perawat dari seluruh puskesmas di Kabupaten Kebumen. Bertempat di Bale Petanahan, Candisari Hotel, Puskesmas Pejagoan turut berpartisipasi dengan menghadirkan 5 peserta. Pertemuan ini di adakan sebagai evaluasi munculnya 7 kasus gizi buruk di Kabupaten Kebumen. H. Ahmad Yazid SKM M.Kes sebagai narasumber menyampaikan bahwa kasus gizi buruk atau stunting menjadi tanggung jawab kita bersama. Dengan balita kekurangan gizi akan terjadi hambatan pertumbuhan, stagnansi otak dll. Pencegahan harus terus di galakan melalui deteksi dini, menganalisa status dan berupaya untuk mengatasinya.
Muflikhah Isnawati narasumber dari Poltekes Kemenkes Semarang, memaparkan pembelajaran bagi tenaga kesehatan adalah mampu melakukan deteksi dini. Lebih lanjut, secara khusus pemantauan pertumbuhan harus selalu di rutin di laksanakan. Pertumbuhan balita bertumbuhnya fisik dari waktu ke waktu. Pemantauan pertumbuhan anak dapat menggunakan KMS atau Kartu Menuju Sehat dengan perincian berat badan sesuai usia balita. Di awal usia 1 bulan berat badan yang ideal pada angka 800 gram, begitu pula usia balita 3 bulan hingga 6 bulan di angka 400 gram, ungkap Muflikhah. KMS untuk menentukan status pertumbuhan sering terjadi penurunan berat badan mulai umur 2 tahun. Makanan yang bagus untuk anaka dalam masa pertumbuhan adalah aneka opor, gulai, terik dll.
Gizi buruk di bagi menjadi klasifikasi yakni gizi bburuk edema dengan ciri mata sayu dan pembesaran hati. Gizi buruk marasmus terlihat dari badan yang kurus, kering, keriput serta pantat yang tidak nampak. Selain itu terdapat gizi buruk dengan jenis marasmic-kwashrorkor. Prinsip pencegahan gizi buruk dapat dilakukan 1000 HPK atau 1000 hari pertama kehidupan, pemenuhan gizi PMBA, serta penapisan massal IPPGM. Hal tersebut dapat sukses dilakukan dengan sistem screening, assesment, diagnosis intervensi, monev dengan pengelolaan integrasi baik rawat jalan dan rawat inap.