BIDAN KEDAWUNG: SEPERTI NINJA HATTORI
BIDAN KEDAWUNG: SEPERTI NINJA HATTORI
Sebelum menjadi Bidan Desa Kedawung, Andri Martanti A.md. Keb. terlebih dahulu menjadi Bidan Desa Watulawang. Selama sembilan tahun, ia merasakan jatuh bangun membangun kebersamaan di desa tersebut. Ia sangat bersemangat menceritakan nostalgia saat awal mula menjadi bidan desa. Saat awal menjadi bidan desa Watulawang ia langsung terjun ke lapangan melayani masyarakat. “Sungguh pengalaman tidak terlupakan karena Desa Watulawang saat itu dilanda KLB wabah chikungunya,” tutur Andri.
Warga dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen pada saat itu bergotong royong agar wabah ini tidak meluas. Masyarakat Desa Watulawang di ajak untuk menonton film dokumentasi tentang wabah chikungunya. Uniknya pada saat itu kami diputarkan film tersebut dengan layar tancap. Film dokumentasi itu sebagai edukasi bagaimana mengatasi wabah tersebut agar tidak terulang kembali. “Peristiwa itu terjadi pada tahun 2009, kami memberikan pengobatan gratis dan pendampingan untuk menuntaskan wabah ini,” ungkap Andri.
Panggilan hatinya untuk menjadi seorang bidan sudah tertanam sejak kecil. Dalam penuturannya sang bunda sangat mendukung pilihannya saat itu. Menurut perempuan yang bulan ini genap berusia 37 tahun, memberikan pelayanan persalinan di desa sangat menantang. Di usianya yang masih belia saat itu, ia sudah harus menghadapi persalinan dengan kondisi geografis yang unik. “Seperti Ninja Hattori yang berkelana melewati hutan dan sungai untuk menuju lokasi rumah pasien,” celetuk Andri. Semua itu terbayar lunas dengan lahirnya buah hati dengan sehat dan selamat. Terlebih hutan dan sungai yang di lalui sangat indah.
Melangkah di tahun ke lima sebagai bidan Desa Kedawung, ia berharap semakin solid dengan berbagai pihak baik teman sejawat, perangkat desa, kader dan masyarakat. Sabar dan belajar untuk memahami kebutuhan masyarakat serta memberikan pelayanan sepenuh hati seperti motto hidupnya. (the wish)